Teluk Kendari tak dapat dipisahkan dari keberadaan kota
Kendari yang menjadi ibukota wilayah Sulawesi Tenggara ini yang menurut
beberapa sumber dari teluk inilah semua seluk beluk tentang kota Kendari ini
dimulai. Kendari berasal dari kata Kandal (bahasa Tolaki) yang berarti alat
dari bamboo atau kayu yang dipergunakan untuk mendorong perahu di tempat yang
airnya dangkal.
Teluk kendari ini merupakan tempat bermuara daari sekitar 10
sampai 18 Sungai. Teluk Kendari saat ini telah dalam masa kritis karena terjadi
pendangkalan besar besaran dengan laju pendangkalan sekitar 0,207 meter
pertahun. Laju pendangkalan ini adalah hasil dari sumbangan 3 sungai yang
membawa sediment load terbesar yakni sungai Wanggu, Sungai Madonga, dan Sungai
Kambu yang setelah diakumulasikan jumlah load sedimennya adalah 1.330.281 meter3
pertahun.
Sedimentasi adalah masuknya
muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu, melalui
media air dan
diendapkan didalam
lingkungan tersebut. Sedimentasi yang terjadi
di lingkungan Teluk
menjadi persoalan bila terjadi
di lokasi-lokasi yang terdapat
aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi
perairan yang dalam seperti, pelabuhan,
dan alur-alur pelayaran, atau membutuhkan
kondisi perairan yang jernih
seperti tempat wisata,
ekosistem terumbu karang.
Sedimentasi di suatu lingkungan teluk terjadi karena terdapat
suplai muatan sedimen yang tinggi di
lingkungan teluk. Suplai
muatan sedimen yang sangat
tinggi yang menyebabkan sedimentasi
itu hanya dapat berasal
dari daratan yang
dibawa ke teluk melalui
aliran sungai. Pembukaan
lahan di daerah aliran
sungai yang meningkatkan erosi permukaan
merupakan faktor utama yang
meningkatkan suplai muatan
sedimen ke muara di teluk. Selain
itu, sedimen dalam skala yang lebih
kecil dapat terjadi
karena transportasi sedimen sepanjang teluk.
Karakteristik
sedimentasi di perairan
teluk terjadi perlahan dan
berlangsung terus menerus selama
suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung.
Proses sedimentasi berlangsung
terus berlangsung selama suplai muatan sedimentasi yang banyak dari daratan masih
terus terjadi.
Sedimentasi di Teluk
Kendari terus meningkat dari
tahun ke tahun,
sehingga terjadi
pendangkalan, terutama di
muara Teluk Kendari dimana
telah terjadi daratan yang membentuk delta yang
mengakibatkan kelak akan terjadi
penutupan muara. Pendangkalan ini
disebabkan oleh sedimentasi dari
aliran sungai-sungai yang bermuara di teluk Kendari, terutama
sungai Wanggu yang mempunyai
peranan sebagai pembawa
sedimentasi terbesar.
Diketahui dari hasil
penelitian Balai Penelitian Daerah
Aliran Sungai (BP-DAS) Sampara menyebutkan,
dalam kurun waktu 13
tahun terakhir terjadi
pendangkalan di Teluk Kendari
seluas 101,8 hektar
dan kedalaman laut berkisar
9 meter sampai
10 meter. Luasan wilayah
teluk ini menyusut dari
semula 1.186,2 hektar
menjadi 1.084,4 hektar pada tahun
2000.
DAS Wanggu dan
delapan DAS mikro
di sekitarnya dengan
luas ± 45.377,3 ha
memiliki fungsi penting dan peranan
strategis di Sulawesi Tenggara karena bermuara
di teluk Kendari dan secara administrasi meliputi Kab.
Konawe Selatan, Konawe dan
Kota Kendari (BPDAS
Sampara, 2005). Salah
satu peranannya yang sangat
vital adalah sebagai
penyangga teluk Kendari.
Teluk Kendari merupakan pelabuhan PELNI,
pelabuhan Rakyat, pusat
kegiatan latihan PODSI SULTRA dan
areal penangkapan ikan bagi nelayan kota Kendari (BPDAS Sampara, 2008). Disamping
itu, dibagian hilir
terdapat kota Kendari
yang merupakan pusat pemerintahan,
pendidikan dan perekonomian.
Di bagian hulu merupakan sumber air bersih bagi
warga di wilayah DAS Wanggu dan
air irigasi sawah seluas 3500 ha di
kecamatan Konda, Poassia dan Ranomeeto.
Di wilayah DAS ini juga terdapat sarana Bandar udara Provinsi
Sultra. Pentingnya peranan DAS Wanggu tersebut, perlu didukung oleh upaya pengelolaan dan
pemeliharaan fungsi DAS dalam memelihara
kelestarian fungsi hidrologi DAS, meningkatkan dan mempertahankan produktivitas
lahan serta kelestarian
teluk Kendari. Selain itu,
juga diperlukan dukungan
kebijakan penggunaan lahan
alternatif di DAS Wanggu,
khususnya penggunaan lahan
dan agroteknologi yang
dapat menjamin kelestarian
ekologis, dan secara ekonomi dapat memenuhi kebutuhan hidup layak petani dan
keluarganya.
Aktivitas
di sekitar DAS yang bermuara ke Teluk Kendari secara langsung maupun tidak
langsung menjadi kontributor terbesar pendangkalan teluk. Terutama aktivitas
yang tidak ramah lingkungan seperti penebangan kayu maupun anakan kayu di
hutan, pertambangan pasir, serta konversi kawasan mangrove menjadi tambak
maupun industri dan pertokoan yang secara langsung mempercepat pendangkalan dan
percepatan terjadinya Delta.
Lokasi Muara Sungai Wanggu Teluk Kendari
Secara Geografis, Muara Sungai Wanggu Teluk Kendari terletak
disebelah utara pegunungan Nipa Nipa, disebelah Utara barat ada pegunungan
Nanga Nanga, dan sebelah timur ada pemukiman yang Madonga dan Wua Wua yang
semuanya merupakan dataran tinggi. Jadi jika kita lihat dari sudut pandang
tertentu, lokasi ini mirip seperti
wajan penggorengan karena posisi muara sungai
ini terletak didataran rendah sedangkan daerah disekitanya berada didataran
yang lebih tinggi daripada muara sungai.
Luas Delta Muara Sungai Wanggu
Luas Delta yang terbentuk di muara sungai wanggu teluk kendari
ini menurut
LA ODE ALWI dalam disertasinya adalah sekitar 923,4 ha,
yang masih akan bertambah luas lagi karena load sediment yang dibawa oleh
sungai wanggu dan 8 anak sungainya masih relative tinggi yakni 357.810,59 ton
pertahun
Dominasi
Substrat
Dominasi
Substrat pembentuk Delta di muara sungai Wanggu Teluk Kendari ini adalah tanah
(lumpur) yang berasal dari Sungai Wanggu karena dari sungai inilah yang paling
banyak mengangkut load sediment tanah
dan pasir yang paling besar sehingga memungkinkan untuk terjadinya delta pada
Muara sungai Wanggu Teluk Kendari ini. Substrat ini berasal dari dataran tinggi
yang berada disekitar sungai Wanggu yang terkena erosi akibat alih fungsi lahan
hutan yang terus menerus mengalami penurunan .
Menurut LA
ODE ALWI dalam disertasinya disebutkan bahwa Kerusakan hutan di pegunungan Nipa nipa juga
menyebabkan terjadinya erosi yang membawa lumpur, pasir, sampah dan limbah
rumah tangga, serta berbagai material lainnya ke Teluk Kendari. Sisa-sisa
lumpur dan pasir dari kegiatan penggusuran bukit juga segera dihanyutkan banjir
ke teluk pada musim hujan.